JEJAK LANGIT

Rabbanaa,, maa khalaqta haadzaa baatila...

my page

pernah ada masa ^^v


Pergeseran zaman dan perputaran sejarah tentu membawa riak-riak yang mempengaruhi struktur dan gaya hidup masyarakat. Rasa kecewa kadang terbersit, jika mencoba untuk benar-benar membuka mata, jujur melihat kondisi dunia yang semakin lama semakin ricuh. Kilau dan gemerlapnya kemewahan tak lagi bisa menutupi bagaimana ketenangan seakan telah hilang dari kehidupan.

Kita para pemuda, tulang punggung bagi agama dan dunia. Sudah sangat tidak relevan jikalau sampai hari ini kita masih ber-apatis ria, berkecubung di dalam kesenangan-kesenangan semu, dalam euforia remaja yang melenakan
Pun, kita tak perlu menyalahkan keadaan. Tak perlu pula meratapi semua hal yang telah terjadi.
Umat ini karam, saya kira bukan karena terlalu kuatnya pasukan kafir yang menyerang. Bukan karena terperdaya berbagai propaganda yang gencar di desuskan oleh musuh-musuh islam. Bukan karena kita tak tahu bagaimana cara menyikapi keadaan.  Bukan..
Lebih karena persatuan umat sendiri telah terpecah menjadi banyak sekali serpihan. Saling  menyalahkan. Merasa golongannya paling benar. Padahal telah jelas, al-Quran dan hadits menjadi pedoman yang mempersatukan.

Sedikit mengenang, pernah ada masa manakala peradaban islam berada pada titik puncak keemasan. Dunia terasa sempurna dengan kemakmuran dan kenyamanan di segala bidang: politik, ekonomi, sosial, teknologi, dll. Hal ini terwujud karena adanya kesinambungan yang luar biasa antara iman dan al-Qur’an yang dipraktekkan secara baik dalam semua lini. Mereka menjadikan aqidah sebagai patokan utama yang mengarahkan kehidupan mereka, dan syariat islam sebagai rujukan dalam mengambil setiap kebijakan. Semuanya bersatu padu, bekerja dalam tingkat ukhuwah yang mencengangkan. Pantaslah.

Tetapi memang, medan di jaman sekarang berbeda dengan umat dahulu. Permasalahan yang di hadapi pun lebih kompleks. Tetapi, selama Allah bersama kita..takkan ada yang tak mungkin!

Ya.. harapan itu masih dan akan selalu ada.  insyaALLAH.

Belajar dari para pendahulu,, untuk membentuk suatu gerakan perubahan yang signifikan, kita memerlukan sebuah basis yang kokoh. Kita memerlukan sebuah wadah yang menjadi pusat pergerakan spiritualitas, intelektualitas, dan pemberdayaan umat, . Dan itulah secuil dari fungsi halaqoh.

Halaqoh.. sebagai sarana pembinaan ruhiyah dan fikriyah. Tempat para perindu surga berpadu dalam untaian iman. Tempat untuk menyatukan langkah. Tempat berkumpul, berdiskusi, dan bermusyawarah untuk merespons persoalan-persoalan yang muncul. Tempat yang melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang solutif. Tempat pembibitan dan pengkaderan pemuda-pemuda berkualitas yang peduli terhadap perubahan dunia dan Islam. Sebagai pula tempat pemberdayaan, sehingga siapapun yang ingin ikut serta dalam hentakan perubahan ini dapat ditempatkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan. (dan lain-laiiinn..) :P

Inilah, jalan cinta yang harus kita tempuh (karena kita yang butuh).. Jalan inilah, yang akan dapat mengurai mimpi menjadi asa pasti,,menjadikan kebahagiaan bukan hanya angan.. Lewat halaqoh-halaqoh kecil inilah,  akan bermunculan harapan-harapan baru yang insyaAllah dapat merubah dunia menjadi lebih lebih dan lebih baik lagi..

Janganlah kita hanya menjadi buih-buih yang hanya muncul sekejap lalu hilang tak bersisa.. bismillah..  kini, adalah waktu memikirkan tentang kebangkitan hakiki, kebangkitan yang diawali dengan sekuel rancangan peradaban dan diakhiri dengan kemenangan. Aamiin :DD

*********************

Dari buku:
"DAKWAH adalah aktivitas yang paling mulia yang dilakukan oleh seorang manusia. Dakwah adalah sandaran terbesar bagi berbagai kebaikan serta bagi diperolehnya berbagai derajat dan kedudukan yang mulia. Semua ini tidak pantas diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin mendapatkannya dengan usaha yang mudah, pengorbanan yang sedikit, dan aman (tanpa mengalami hambatan dan gangguan). Sebab, aktivis dakwah tidak serta-merta identik dengan pengisi acara di majlis-majlis, hingga ketika ada senjata digerak-gerakkan dihadapannya atau ketika ia mendengar adanya ancaman, ia mundur dan menarik diri kebelakang. Ia menyangka dakwah ini seperti sebuah permainan sekedar untuk mengisi waktu luang, dan wahana untuk menunjukkan keahlian/kepiawaian.”
(Pengemban Dakwah.. karya Syaikh Mahmud Abd. Latif Uwaidhah) 










2 komentar:

tulisannya acak-acakan......ndak biasa nulis esay T__T entahlah

 

Kita menghendaki kebangkitan yang tidak terbatas pada ibadah dan perbuatan mandub saja. Akan tetapi, kita menghendaki kebangkitan atas hukum-hukum Islam keseluruhan baik dalam pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, hubungan luar negeri, tsaqafah dan pendidikan, politik dalam negeri dan luar negeri dan dalam seluruh urusan umat, baik secara individu, kelompok maupun negara.

 

Posting Komentar