JEJAK LANGIT

Rabbanaa,, maa khalaqta haadzaa baatila...

my page

awang-awang

Jika kau merasa besar, periksa hatimu
mungkin ia sedang bengkak

jika kau merasa suci, periksa jiwamu
mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani


jika kau merasa tinggi, periksa batinmu
mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan


jika kau merasa wangi, periksa ikhlasmu
mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya'




_tanah gersang_


ternyata cinta...

ingin sungguh aku bicara
(tak hanya) satu kali ini saja
Sebagai ungkapan kata..
perasaanku padaMu

Telah cukup lama kudiam...
didalam keheningan ini
Kebekukan di bibirku
Tak berdayanya tubuhku

Dan ternyata cinta yang menguatkan aku
Dan ternyata cinta... tulus mendekap jiwaku

Kau yang sungguh selalu setia
Menemani kesepianku
Menjaga lelap tidurku
Membasuhku setulusnya

Merekahnya fajar hatiku
Menghangatkan luruhku
Dan resapkan keharuman
Engkau yang mencintaiku


padi-ternyata cinta (in nasyid version) ^^

























__Rabbi, walaupun kami bodoh.. 
jangan biarkan kami juga bodoh dalam mensyukuri semua nikmat dariMu...(tears)

catatan seorang kawan

Dari dulu aku punya Tuhan. Dari dulu pun aku sembahyang. Mengangkat tangan, membungkukkan badan, dan bersujud rebahkan keangkuhan pada Tuhan. Baca kitabku, aku terhitung lancar, kelakuanku pun tak pernah kasar. Namun semua itu bukan jaminan atau tanda kalau aku dekat dengan Tuhan.


Aku punya tuhan, aku sembahyang, aku tak pernah kasar,, semua itu omong kosong kalau Tuhan saja aku tak bisa merasakan. Tertawa kesana-kemari berharap perhatian, berlari kesana-kemari meminta pengertian. Begitu seterusnya.

Sampai suatu perhentian, dimana aku harus memilih dimana akan kulanjutkan cerita hidup ini, dan Puspanegara kampus kecil yang sangat besar untukku, menjadi titik mula pencerahan jati diri yang Tuhan pilihkan bagiku. Waktu itu aku masih sakit, sangat sakit, kecewa, dan penuh amarah. Hingga keluarga baru yang teduh, hangat aku temukan disana.

Episode awal, ku mulai pencarian Tuhan lewat alam. Gunung, tebing, pantai, goa, sungai, batu hingga daun. Semua begitu detil dan menyentil. Dari puncak ke puncak aku mengejar Tuhan. Mencari titik tertinggi dimana aku bisa dekat dengan langit. Titik dimana aku merasa Tuhan itu benar-benar ada dan kurasa sangat dekat. Berteriak disana, merintih disana,, menangis, memaki, memberontak,,  (titik yang sangat berarti, karena aku mulai membuka pembicaraan dengan Tuhanku.)

Lalu di kampus kecil itu, aku diwajibkan mentoring. sebuah misi mulia dari pribadi santun nan anggun untuk mendampingi bocah-bocah gamang penuh bimbang yang sejatinya haus akan ilmu. Dimulai dengan sedikit kasar, memaksa hadir setiap siswa dengan ancaman nilai pada setiap pertemuannya. Tetapi setelahnya, kelembutan tak pernah usang dari setiap ucap para mentornya. 
Tilawah, berita aktual, kultum, dan bla bla bla ku jalani sekali setiap minggunya. 
Selalu konsisten hadir, bukan karena sadar butuh, atau niat prinsipil lainnya.. hanya saja, itu menjadi media untukku meminimalisir kontaminasi kepenatan bau rumahku. 

Minggu demi minggu ku lewati, satu persatu pola pikirku tentang Tuhan berubah. Bulan demi bulan, Tuhanku akhirnya berkenan memanggilku. Dan akhirnya genap satu tahun, Tuhanku yang sudah mulai ku panggil Allah itu mencengkeram hatiku. Sembahyangku bukan lagi sekedar gerakan repetitif mengangkat tangan, membungkukkan badan, menempelkan dahi ke ubin, atau sesekali duduk agak lama setelah dua kali berdiri. Gerakan-gerakan itu mulai bernyawa dan penuh usaha untuk memaknainya. Ketagihan. Selanjutnya ku coba merutinkan sembahyang yang tak diharuskan, dan puncak puncak itu tak lagi menjadi pelampiasan kekecewaan. Hari-hari penuh senyuman.

Semakin ku ikuti arus kebaikan yang mereka buat, semakin membuatku takjub pada keindahan ukhuwah yang ada di antara mereka, pribadi-pribadi optimis, hangat berkolaborasi mewujudkan rencana-rencana dan tujuan bersama karena Allah. Sungguh membekas, peluk tulus dan menenangkan yang ternaungi kain-kain lebar, cerminan kesungguhan yang tak pernah habis mereka berikan untukku.

Inilah yang mempunyai andil terbesar dalam proses pendewasaanku, yang mengingatkaku, selalu peduli padaku, menamparku, menenangkanku, dan banyak member paradigm baru tentang berbagai hal. Sekuel dari dua tahun mentoring yang mempertemukan ku dengan Allah. Kami semua disini, berjalan berdampingan, saling menguatkan, layaknya musafir yang selalu haus akan ilmu.

Walau satu persatu, gugur karena fatamorgana dunia. Dan kini mereka yang tersisa adalah mereka yang benar-benar teguh, yang acuh dengan hal-hal yang mencoba mericuh.

Aku rindu ketenangan, aku lelah dikejar memori yang sebenarnya tak perlu ku hindari. Dan disini, kudapatkan tenang itu, karena aku terus berpikir, mengurai noktah kusut yang terkulai di aula ruangku sana. Meski kadang sesekali aku ingin berteriak pada kalian yang rebut sendiri dengan urusan kalian masing-masing, yang kadang tak mampu membaca gesture sedihku,  yang biasanya membuat noktah itu rasanya semakin menggumpal keras,, tapi… aku suka kalian, aku cinta kalian, wanita-wanita tegar, calon ibu luar biasa, penyejuk dunia.. :)

Terimakasih semuanya. Jazakillah khairan katsira. Sampai jumpa di surga, insyaAllah.
.
Amin




.............................................

kutemukan catatan ini, beberapa hari yang lalu...
dan setelah mendapat izin darinya, ku putuskan untuk mempublish notes ini, disini.. 
semoga bermanfaat :)



nb: dengan perubahan secukupnyaaaa... ^^V


walking with my head

tak lagi hanya kata yang bicara
tak lagi hanya wajah yang tertawa
tak lagi hanya bait yang mengisi rengkah nada
tak lagi hanya getar yang berderap menerpa


tak lagi hanya... apapun


karena sepi telah menemukan hangatnya
hingga ia hilang, menjadi rentetan cahaya

karena  indah telah ada dalam luka
hingga ia berpendar, melebur untuk jiwa



___sungguh, sejak lama abjad-abjad itu, telah kehilangan makna untuk mengartikan dirinya....
namun kini, ia hilang.... terbuang begitu saja....

biarlah

memang sudah tak berguna :D 






hujan


Aku terpana. Dia menyudahi ceritanya dengan tawa lepas, seakan tak terjadi apa-apa.
__Benar-benar tak bisa ku mengerti.
sungguh, ini realita.. Sama sekali bukan sinetron di-tipitipi yang begitu getol menghiperbolakan plot yang kadang malah membuat alur cerita semakin tak masuk akal.