JEJAK LANGIT

Rabbanaa,, maa khalaqta haadzaa baatila...

my page

Perjuangan dan Pengorbanan



Hari senin kemarin,, bertepatan dengan jadwal check up-ku ke RS… Sejak dari rumah perasaan dah ga enak. Ditambah dengan ketegangan di sepanjang perjalanan (trauma papasan sama mobil) :p alhasil, sampai di RS bentukku sudah sangat tidak mbejaji.. dag dig dug-dag dig dug.

Suasana bertambah mencekam ketika namaku dipanggil dari spiker, di persilahkan masuk ke ruang dokter. Jeng jeeeeeng.. saatnya tiba!!!

Singkat cerita, setelah perban dibuka,, dokter says, ternyata lapisan kulit yang tumbuh (selama hampir 2 bulan ini) bukan kulit yang bagus.. doeng.. apa mksudnya?

Tanpa penjelasan lebih lanjut, aku di bawa ke ruangan lain (ACnya dingin banget oeeyy) beberapa orang perawat mendekat, sambil membawa “kletekan” yg berisi alat2 mengerikan..

Sesaat kemudian,salah satu perawat berdiri di samping kakiku sambil membawa piset dan gunting, tersenyum, ia berkata “tahan ya mbak, sakit dikit”

aku sekarang baru dong apa yang dimaksud dokter tadiiiiiiiiiiiii…
aku baru pahaaamm, perawat-perawat ini mau ‘ngilangi’ kulit yang tidak bagus ituuu….
OH NOOO….. reflek, bantal ku gigit keras2 ketika pinset dan gunting itu beraksi menguliti lapisan kulitku..
dengan mata setengah terpejam (pie iki jal?) ku amati prosesnya,,
huaaa..darah sudah tumpah ruah disanaaa.. pinset buat narik2, misahin daging ma kulit,, gunting buat nggunting kulit yang udah berhasil ditarik.. begitu seterusnya…

Subhanallah.. Bisa anda bayangkan, rasanya daging dipisahkan dari kulitnya dengan paksa, tanpa dibius!!!

Otomatis, aku berontak, memukuli perawat yang berada paling dekat dengan jangkauan tanganku. Mencoba melepaskan diri dari ancaman itu.. perawat lain bertindak,, mereka memegang kaki, tanganku.. Allahuakbar.. Inginnn sekali aku berteriak, “woooiiii, ra berperikemanusiaan banget too.. kui sikile wong urip yhooo” (tp kan gigit bantal, jadi ya ga bisa triak2) :(

hufh, setelah beberapa menit mencoba melepaskan diri tp malah gagal (sesak nafas), aku menyerah.. Allahumma,,ku serahkan semua padaMu.. aku milikMu sepenuhnya, Rabbi.. aku milikMu… (huaaaa… sambil mewek abis-abisan..)

“operasi kecil” itu berlangsung lama, sekitar 1jam, karena memang wilayah luka yang cukup lebar, dan masih membersihkan (bhsa alusnya memotongi) daging2 yang kata dokter menghambat pemulihan.

Linglung. Rasanya benar-benar tak percaya saat “eksekusi” itu  usai. T.T

Berjam-jam berlalu, tapi ngiluu-perihh masih saja merajam kakiku, menjalar ke tulang atas, atas, atas, dan atasnya… berkolaborasi dengan sederetan rusuk yang patah, sesak nafas, dan vertigo.. \m/

Tak berhasil mengatasi semua itu, maka rewel lah diriku. Pokoknya, semuanya serba salah. Pengen ngeyel, ngambek abis2an. (Tp aku diem aja kok, ga tega, ga mau semakin ngrepoti ibuk yang emang udah bingung...)

kuputuskan untuk mencari pengalih biar pikiran ga konsen ke sakit doang..
Hufh,, iseng.. kuambil buku teubeeelll di meja. “Cahaya dari bukit Shafa” …Buku tentang siroh Rasulullah dan sahabat2nya, yang di sajikan dalam bentuk novel.

Asal saja ku buka lembaran-lembaran itu.. ga niat baca.

Mataku terpaku sebuah episode tentang seorang sahabat.. bernama Khabbab bin arts..
Tak tahu kenapa, aku tertarik, dan membacanya.. (kisahnya bisa dibaca di postingan sebelum ini) :p



Speechless..


Sejenak, aku merenung.. Sakit yang kurasa, sama sekali tak ada apa-apanya dari apa yang ia rasakan.. dan ia,,,ia tetap tegar, tetap istiqomah..

Lantas pikiran melayang ke kisah2 para sahabat Rasulullah yang lain, kisah para ulama mempertahankan dien ini, kisah saudara-saudara kita di palestine…


Duhai,, semakin hina saja diri ini..


Allahumma,, kembali aku tersadar.. bahwa demikianlah hidup ini. Memang setiap perjuangan itu menuntut pengorbanan…

Apalagi untuk tujuan tertinggi setiap muslim… Allah…

……….

Bukankah cita-cita terindah itu takkan bisa diraih tanpa perjuangan?
Dan dengan apa kita bisa menunjukkan kesungguhan dalam perjuangan itu?
Dengan apa kita bisa menyebut diri kita seorang muslim?
Dengan apa kita bisa membuktikan rasa syukur, rasa Cinta kepada Allah??
Dengan apa???

…….
Bukankah hanya dengan pengorbanan dan pengorbanan… hanya pengorbanan tanpa henti, pengorbanan yang terus mengalir menghiasi lembar-lembar kehidupan…. Hanya itu yang bisa lakukan..

Apalah arti pengorbanan kita sebagai seorang hamba, yang telah diberi nikmat yang takkan pernah bisa kita hitung banyaknya.. Bukankah memang itu semua adalah milikNya?? Lantas apa artinya??

Begitulah.. Allah yang Maha Baik, Allah yang Maha Agung.. Ia yang meminjamkan semua yang kita nikmati saat ini,,, lalu, ketika ada saatnya semua itu harus dikembalikan kepadaNya (dan kita mlepasnya dg ikhlas), kita sama sekali tidak disuruh untuk membayar semua nikmat yang sudah kita nikmati itu,,, malahan Allah memberikan pahala yang sangat besar untuk kita..
Subhanallah,, itulah Kebesaran Allah..

Tak hanya itu, Allah hanya mencoba kita semampu yang kita bisa. Selalu. Tak pernah lebih. Tak pernah..
Allah selalu mengerti kita, sangat mengerti keadaan kita…

Astaghfirullah…


Laut takkan indah tanpa gelombang,
langit takkan indah tanpa bintang,
bintang takkan bersinar tanpa kegelapan malam,
perjuangan takkan berakhir tanpa pengorbanan..
(Sayyidina Ali RA)


Dimanapun berada,, di dalam media apapun kita semua berjuang.. apapun caranya,, teruslah percaya kawan, bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan pengorbanan kita untukNya,.. sekecil apapun pengorbanan itu, akan diangkatNya menjadi saksi… lalu menjadi penolong, ketika kelak tak ada seorangpun yang datang menolong kita…


                                                           ALLAHU AKBAR!!!!!








****************

Allahu akbar,, Allahu ya Rahman….
Yang memberikan penawar bagi semua sakit ini, dengan begitu manis...
Engkau memberiku kesempatan kepadaku untuk meyatu dengan ketidakberdayaanku.. agar aku bisa kembali merenungi memang begitulah hakikat seorang manusia. Yang memang penuh dengan ketidakberdayaan…




Meski kurapuh, dalam langkah,, Kadang tak setia kepadaMu
Namun cinta dalam jiwa, hanyalah padaMu

Maafkanlah bila hati, tak sempurna mencintaiMu
Dalam dada, kuharap hanya diriMu yang bertahta…..





Khabbab bin Arts

Khabbab..ia adalah seorang budak sekaligus pandai besi pembuat senjata yang ulung.. setelah menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah, ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa.. Tanpa sadar, bibirnya lembut terus mengulang-ulang syahadat sepenuh cinta…

Ia tak meyadari, bahwa ia sedang melewati perkumpulan kafir Quraisy..  tak ayal lagi, kaum Quraisy itu sangat marah mendengar khabbab melantunkan kalimat yang sangat mereka benci… tanpa dikomando, mereka beramai-ramai mengeroyoknya, menghajarnya tanpa ampun, melampiaskan semua kebencian mereka, sampai khabbab pingsan….

Ketika tersadar, khabbab sangat bingung mendapati tubuhnya bengkak-bengkak dan tulang-tulangnya terasa sakit, pakaiannya koyak, berlumur darah yang mengalir dari berpuluh luka di badannya.. Berkali-kali ia mencoba bangkit, namun ia selalu jatuh tak berdaya. Beberapa lama, akhirnya ia berhasil berdiri dan berjalan membersihkan dirinya. Hatinya sangat lega, sungguh dia puas telah men’syiar’kan keimannya..

Baru saja khabbab selesai mengganti pakaian, ummu anmar (majikannya) menghadang langkahnya. Ummu anmar mempertanyakan tentang kebenaran bahwa khabbab telah menjadi pengikut Muhammad. Khabbab sangat tegas mengiyakan semua itu. Ummu anmar marah besar, lantas memerintahkan saudara-saudara dan budak-budaknya yang lain untuk menghajar khabbab. Lagi-lagi, darah khabbab harus tertumpah.. 

Merasa belum puas, oleh orang-orang itu, semua besi yang dipunyai khabbab, dilebur, dibentuk menjadi rantai, belenggu, serta baju besi. Lalu, dimasukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, dan mereka pakaikan kepada khabbab yang masih setengah sadar. Dengan keji, mereka terlentangkan khabbab yang memakai belenggu dan baju besi panas di tengah padang pasir saat matahari panasnya sangat menyengat dan membakar, lalu dadanya ditindih batu besar.

Khabbah tetap istiqomah. Walaupun sakit luar biasa ia rasakan, ia gerakkan lidahnya untuk menyebut nama Allah.

Melihat khabbab tak goyah, mereka semakin geram. Lalu mengambil beberapa batu, membakarnya hingga merah menyala. Setelah itu, mereka letakkan bara itu dibawah baju besi yang dikenakan khabbab, hingga baju besi itu ikut membara lagi…
Khabbab menggigit bibir, panas luar biasa merajam tubuhnya, bahkan sampai punggungnya mengelupas sepenuhnya. ..

*****************

penyiksaan itu, berlangsung berhari-hari, sampai orang-orang kafir itu bosan menyiksanya. Dan akhirnya, mereka melepaskannya untuk sementara.. dengan tenaga yang tersisa, khabbab membersihkan dirinya, lalu bersama teman2 senasib yang juga disiksa oleh kaum Quraisy, menuju rumah manusia yang paling mereka cintai,.. mereka menginginkan keselamatan,, (bukankah itu sangat wajar?)

Di hadapan Rasulullah, ia mewakili teman2nya, mengadukan semua perlakuan kaum quraisy terhada mereka. Lalu ia meminta pertolongan beliau…  Rasul menatap mereka pilu, beliau sangat ingin menolong, tetapi beliau tidak ingin generasi pertamanya menjadi generasi yang cengeng dan lemah hati. Dengan sepenuh kelembutan, beliau menjawab “sesungguhya umat-umat terdahulu sebelum kalian telah mengalamai penyiksaan lebih dari apa yang kalian alami. Mereka ditanam dalam tanah. Kemudian kepalanya digergaji sampai terbelah menjadi dua bagian. Tubuh mereka juga disikat dengan sikat besi sampai terkelupas daging dari  tulangnya, tetapi mereka tetap tabah dan tidak melepaskan keyakinannya. Sesungguhnya Allah akan menyempurnakan hal itu sampai setiap pengembara yang berpergian dari Shan’a he Hadramaut tidak takut berjalan sendiri, kecuali kepada Allah..seperti takut dari serigala menerkam hewan gembalaannya. Tetapi kalian ini sungguh terburu-buru..”

Seketika para sahabat terdiam. Mereka malu, sangat menyesal karena telah bersikap lemah. Di dalam hati, mereka pun berjanji untuk terus tegar memperjuangkan keimanan mereka, sampai kapanpun…
Begitu pula khabab, dengan langkah pasti ia kembali ke rumah majikannya. Azzam itu begitu kuat mengakar, hingga bibirnya tak lepas dari dzikir kepada Allah..

Setelah sampai, ia mendapati majikannya marah karena kepergiannya. Ummu anmar kembali mengerahkan budak dan saudaranya untuk kembali menyiksa khabbab seperti sebelumnya. Tapi khabbab tegar, ia telah mempunyai semangat baru untuk menjalani semua itu.

*****************

Suatu hari, ketika orang-orang yang menyiksanya sedang pergi untuk beristirahat, khabbab melihat Rasulullah melewati jalan di dekat tempat penyiksaannya. Tertatih ia berjalan, mengejar sang kekasih hati.. tak ada luka, tak ada sakit yang terasa… hanya cinta yang menggelora… 
setelah agak dekat dengan beliau, lirih khabbab memanggil nama Rasulullah… Dan Rasul pun menoleh.. 

entah ini kali keberapa, khabbab terpesona dengan wajah mulia itu.. rontoklah semua deritanya, ia benar-benar merasakan kebahagiaan yang tak terkira..

Ummu anmar melihat khabbab bersama Rasulullah, ia marah, kebencian itu begitu dalam menguasainya. Lantas ia bergegas mengambil sepotong besi dan membakarnya sampai membara.

Di luar, khabbab masih berbincang dengan Rasulullah. 
Khabbab sungguh gembira, hingga ia tak menyadari ummu anmar yang marah besar mendekat kepadanya.. Khabbab sungguh menikmati tiap detik kebersamaannya dengan Rasulullah, hingga ia tak merasakan panasnya besi membara yang ditempelkan ummu anmar kekepalanya. 
Walaupun darah mengalir, walaupun asap mengepul dari kepalanya dikarenakan besi panas itu,,,ia tak memperdulikannya.. ia tetap tersenyum… tak ada rasa sakit yang bisa mengalahkan cintanya kepada Rasulullah..

Namun tubuhnya tak kuat lagi, dan akhirnya ia pingsan di tempat itu juga…

Rasulullah yang menyaksikan kejadian yang tidak diduga-duga itu tersentak kaget.  Beliau sungguh tak menyangka ada yang tega berbuat sekejam itu. Dengan air mata yang membasahi pipi, Beliau berdoa dengan khusyuk “Ya Allah, limpahkan pertolonganMu kepada khabbab, dan kuserahkan urusan Ummu anmar kepadaMu..”

Kehendak Allah pun berlakulah, selang beberapa hari Ummi Anmar menerima hukumannya. Ia diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong seperti anjing. Dan untuk menurunkanrasa panas itu, seorang tabib menyarankan supaya menyetrikakan sebatang besi yang panas membara ke atas kepalanya. Hal itu dilakukan setiap kali rasa sakitnya menyerang.. Na’udzubillah min dzalik….





Without Anything



Manusia…
Tanpa modal… ia terlahir di dunia ini…

Ya… tanpa apapun....
tapi kenapa masih saja banyak orang yang berambisi dengan segala hal…
Kenapa masih saja ada begitu bayak perpecahan di dunia ini, di sekitar kita…
Mulai dari hal-hal sepele…sampai hal-hal yang sangat rumit..
Bersaing, menghalalkan segala cara untuk mencapai semuanya..
Mempeributkan berbagai hal yang sebenarnya sangat tidak penting..
Untuk apa semua itu? Untuk apa??

Bukankah mereka tetap TAK AKAN PERNAH memilikinya???
sungguh, bahkan mereka tak memiliki diri mereka sendiri…

Haaaaaaaaaaahhhhh……
Kadang aku bosan berada di sini
Sangat bosan. (nggaya banget) :p
Semua orang berjalan di dunia ini, dengan tulisan besar-besar di dahinya…
‘aku ingin di hargai dan di anggap!!!!!’ nah lo… bingung kan….

Apalah itu semua…
Egoisme, sakit hati, marah, merasa terasing, di lupakan, tak dianggap, tak punya tempat, tak pantas, cemburu, dan berbagai perasaan aneh lainnya….

Setan itu pintar sekali ya, mencari celah untuk memecah belah manusia. Apapun akan mereka lakukan demi melihat manusia mengikuti jalan mereka, dan membuat manusia semakin menjauuhh dari fitrahnya sebagai seorang hamba...

Sudahlah kawan, mari keluar dari kotak… jangan hanya ambisi dan ego pribadi yang diagung-agungkan... Mari mulai belajar memberi dan memberi... fokus saja pada kebaikan-kebaikan yang bisa kita buat.. tak usah mengharapkan balasan.. itu urusan Allah.. sandarkan semua padaNya, semua akan terasa sangaaaattt lapang…


kayak statement ini nih:
"jika seseorang tidak disibukkan oleh kebaikan, maka ia pasti akan disibukkan oleh keburukan" (lupa redaksi aslinya kayak gimana) :p

pokoknya, jangan pernah biarkan, setan tertawa melihat kebodohan kita mengikuti perasaan-perasaan yang mereka hiperbolakan… 


Kita hanya punya Allah. Hanya Allah lah satu-satunya tujuan dan alasan… Hanya Allah lah harapan kita…
Biarpun seluruh dunia membenci kita.. asal Allah ridha,, itu sudah LEBIH dari cukup :)


“Khasbiyallahu..”



                                                   Let’s Fastabiqul Khairat!!! (^0^)9


********

Catetan:

Huft,, kalo bahas topik ini.. jadi inget seseorang…
She’s pernah bilang gini: (intinya) “bagaimana bisa di anggap oleh orang lain, bagaimana bisa punya tempat, jika kamu tak menganggap dirimu sendiri dan tak menyediakan tempat untuk dirimu…” (tapi ya nggak se serius ini… cah kae kok iso serius.. haha)
_bzzzzzz…duh, malah jadi nostalgila… udah udahhh….  Hehehehe…

Hei hei.. benar… dunia ini masih seluas yang kita impikan……

Buat jejak-jejak yang nantinya bisa membuat orang lain jadi lebih baik…

semaksimal mungkin rubah diri!! Jadi orang yang bergunaaaa,,,untuk diri sendiri, keluarga, agama, nusa bangsa, dan Negara!!!!!!
MERDEKAAAA!!!

(geje:ON) ^^v


  

Senja :)



Kini aku berlumur hujan,
Tak bisa lagi melangkah,
Seakan hanya menunggu kelam
Hancurkan sinarku

Tanpa basa basi,
Remang berubah menjadi hitam
Aku pun bersiap hilang



...........

Tapi.. disana
Diantara celah sempit itu
Hangat menyelusup dalam
Menemani gores-gores kegelapan
Sebait tawa terajut pada getir luka
Hingga gerimis pun bernyanyi
Syahdu, merengkuh denting pilu


Tolonglah!
Jangan lepaskan….
Biarkan aku berdiri bersamamu

Dan aku akan tetap jadi senja
Karena sungguh,
Waktu akan membuktikan janjinya….


Open Your Eyes - MZ


Look around yourselves
Can’t you see this wonder
Spreaded infront of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony

Let’s start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us
Or are we so blind
To push it all aside..
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way(Allah..)
Guide us every single day..(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you’re feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?

Lets start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

When a baby’s born
So helpless and weak
And you’re watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we’ll see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..

Alhamdulillah....

Stranger_



Aku berjalan pada gelapnya jiwa

bumi membentak, "Enyah kau, jangan injak aku!"
langit melotot, "Siapa kau, jangan pernah menatapku!!"
pohon mengusir, "pergi, jangan berteduh disini!!"
bulan menampik, "manja, aku bukan temanmu!!"
bintang memaki, "bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!"
hujan mengejek, "cengeng, begitu saja menangis!"
matahari berseru, "sudah, tetaplah di kegelapan!!"

aku pulang kerumah
ada ayah, ibu, dan adikku
mereka bertanya
"berapa lama mau menginap?"
oh. Aku hanya tamu

aku mati saja!

Kuburan marah,
"pesimis gila, ini belum saatnya!!"

ku berlari
ku teriakkan penat pada tiap langkah...
Aku terus berlari..



Hingga kutemukan
hanya satu..
Hanya satu rumah yg mau merimaku
menyambut kehadiranku..

Pintu itu selalu terbuka,
untuk siapapun..

Dalam tangis tawa,
aku bertanya pada sesama pengunjung "kemana tuan rumahnya?"
dia tersenyum
"Dia tdk kemana-mana, tapi ada dimana-mana. Ia dekat, Ia mengenal kita walaupun kita tak mengenal-Nya"

aku bertanya lagi, "apa rumah ini bisa jadi rumahku?"
ia menjawab, "asal hatimu jadi rumahNya....."

ASH SHIDDIQ

Ketika Rasulullah berada di hadapan,
Ku pandangi pesonanya dari kaki hingga ujung kepala
Tahukah kalian apa yang terjelma?
Cinta!

(Abu Bakar Shiddiq r.a)


Gua Tsur.

Wajah Abu Bakar pucat pasi. Langkah kaki para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar samar.semakin dekat, dan semakin dekat… Tak terasa tubuhnya bergetar hebat. Betapa tidak, dari celah gua ia telah mampu melihat para pemburu itu berada di atas kepalanya. Setengah berbisik berkatalah Abu Bakar “Wahai Rasul Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti melihat kita berdua”.
Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna. Ditepuknya punggung sahabat dekatnya ini pelan sambil berujar “Janganlah engkau kira, kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan maha, Allah”.

Sejenak ketenangan menyapa Abu Bakar. Sama sekali ia tidak mengkhawatirkan keselamatannya. Kematian baginya bukan apa-apa, ia hanya lelaki biasa. Sedang, untuk lelaki tampan yang kini dekat di sampingnya, keselamatan di atas mati dan hidupnya. Bagaimana semesta jadinya tanpa penerang. Bagaimana Madinah jika harus kehilangan purnama. Bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu.
Sungguh, ia tak gentar dengan tajam mata pedang para pemuda Quraisy, yang akan merobek lambung serta menumpahkan darahnya. Sungguh, ia tidak khawatir runcing anak panah yang akan menghunjam setiap jengkal tubuhnya.
Ia hanya takut, Muhammad,, ya Muhammad.. mereka membunuh Muhammad.


*********************

Berdua mereka berhadapan, dan mereka sepakat untuk bergantian berjaga.
Dan keakraban mempesona itu bukan sebuah kepalsuan…
Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap guratan di wajah indah itu ia perhatikan seksama…Aduhai, betapa ia mencintai putra Abdullah. Lelah yang mendera setelah berperjalanan jauh, seketika seperti ditelan kegelapan gua. Wajah di depannya yang saat itu berada nyata, meleburkan penat yang ia rasa. Hanya ada satu nama yang berdebur dalam dadanya. Cinta.

Sesaat kemudian, Muhammad melabuhkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar. Abu Bakar terkesiap. Tiba-tiba ia berenang dalam samudera kegembiraan yang sempurna. Tak ada yang dapat memesonakannya selama hidup kecuali saat kepala Nabi yang suci berbantalkan kedua pahanya..
Mata Rasulullah terpejam.
Dengan hati-hati, seperti seorang ibu, telapak tangan Abu Bakar, mengusap peluh di kening Rasulullah…
Masih dalam senyap, Abu Bakar terus terpesona dengan sosok cinta yang tengah beristirahat diam di pangkuannya. Sebuah asa mengalun dalam hatinya “Allah, betapa ingin hamba menikmati ini selamanya”.

Nafas harum itu terhembus satu-satu, menyapa wajah Abu Bakar yang sangat dekat. Abu Bakar tersenyum, sepenuh kalbu ia menatapnya lagi. Tak jenuh, tak bosan.
Namun, seketika wajahnya muram. Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Purnama Madinah seperti memburu hewan buruan. Bagaimana mungkin mereka begitu keji mengganggu cucu Abdul Muthalib, yang begitu santun dan amanah.
Mendung di wajah Abu bakar belum juga surut, membuat sekumtum azzam memekar di kedalaman hatinya, begitu semerbak. “Selama hayat berada dalam raga, aku Abu Bakar, akan selalu berada di sampingmu, untuk membelamu dan tak akan membiarkan sesiapapun menganggumu, wahai kekasih…”.

Sunyi tetap terasa. Gua itu begitu dingin dan remang-remang. Abu Bakar menyandarkan punggung di dinding gua. Rasulullah, masih saja mengalun dalam istirahatnya. .
Dan tiba-tiba saja, seekor ular mendesis-desis perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang terlentang. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur nyaman Rasulullah. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih itu.

Abu Bakar meringis, ketika ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun. Dan ular itu pergi setelah beberapa lama.
Dalam hening, sekujur tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar cepat. “Tidak, aku tidak akan membuat Rasulullah terbangun hanya karena aku.. tidak..” Abu Bakar menggigit bibirnya. Menahan segala sakit yang  meranjam. Ia menangis diam-diam. Rasa sakit itu benar-benar tak dapat ditahan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah yang tengah berbaring. ..
Kekhwatirannya terbukti, Rasulullah terjaga dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.

“Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini” suara Rasulullah memenuhi udara Gua.

“Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemana pun” potong Abu Bakar masih dalam kesakitan.

“Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?”

“Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai putra Abdullah, dan bisanya menjalar begitu cepat”

Rasulullah menatap Abu Bakar penuh keheranan, tak seberapa lama bibir manisnya bergerak “Mengapa engkau tidak menghindarinya?”

“Saya khawatir membangunkan engkau dari lelap” jawab Abu Bakar terbata. Ia sungguh sangat menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga mengenai pipi Rasulullah dan membuatnya terjaga.


Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja. Selanjutnya mata Al-Musthafa berkabut dan bening air mata tergenang di pelupuknya..
Betapa indah sebuah ukhuwah.

Beliau tersenyum sendu “Sungguh bahagia, aku memiliki seorang seperti mu wahai putra Abu Quhafah. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan”.
Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Al-Musthafa meraih pergelangan kaki yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah pencipta semesta, Nabi mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah, seketika rasa sakit itu tak lagi ada. Abu Bakar segera menarik kakinya karena malu. Nabi masih memandangnya sayang.

“Bagaimana mungkin, mereka para kafir tega menyakiti manusia indah seperti mu. Bagaimana mungkin?” nyaring hati Abu Bakar kemudian.

Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah menawarkan pangkuannya. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.



*********************


Kita pasti tahu siapa Abu Bakar. Ia adalah lelaki pertama yang memeluk Islam dan juga salah satu sahabat terdekat Rasulullah. Dari lembar sejarah, kita kenang cinta Abu Bakar kepada Al-Musthafa menyemesta. Kisah tadi terjadi pada saat ia menemani Rasulullah berhijrah menuju Madinah dan harus menginap di Gua Tsur selama tiga malam. Menemani Nabi untuk berhijrah adalah perjalanan penuh rintang. Ia sungguh tahu akibat yang akan digenggamnya jika misi ini gagal. Namun karena cinta yang berkelindan di kedalaman hatinya begitu besar, Abu Bakar dengan sepenuh jiwa, raga dan harta, menemani sang Nabi pergi.

Dia terkenal karena teguh pendirian, berhati lembut, mempunyai iman yang kokoh dan bijaksana. Kekokohan imannya terlihat ketika Madinah kelabu karena satu kabar, Nabi yang Ummi telah kembali kepada Yang Maha Tinggi. Banyak manusia terlunta dan larut dalam lara yang sempurna. Bahkan Umar murka dan tidak mempercayai kenyataan yang ada. Saat itu Abu Bakar tampil mengingatkan seluruh sahabat dan menggaungkan satu khutbah yang mahsyur “Ketahuilah, siapa yang menyembah Muhammad, maka ia telah meninggal dunia. Dan sesiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tidak mati”.

Kepergian sang tercinta, tidak menyurutkan keimanan dalam dadanya. Ketiadaan Rasulullah, jua tak memadamkan gebyar semangat untuk terus menegakkan pilar-pilar Islam yang telah dipancangkan. Pada saat menjabat khalifah pertama, ia dengan gigih memerangi mereka yang enggan berzakat. Tidak sampai di situ munculnya beberapa orang yang mengaku sebagi nabi, sang khalifah juga berlaku sama yaitu mengirimkan pasukan untuk mengajak mereka kembali kepada kebenaran. Sesungguhnya pribadi Abu Bakar adalah lemah lembut, namun ketika kemungkaran berada dihadapannya, ia berlaku sangat tegas dalam memberantasnya.

Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, pada saat perang atas bangsa Romawi di Yarmuk berkecamuk dengan kemenangan di tangan Muslim. Sebelum wafat, ia menetapkan Umar sebagai penggantinya. Jenazahnya dikebumikan di sebelah manusia yang paling dicintainya, yaitu makam Rasulullah. Hidup Abu Bakar berhenti sampai di sana, namun selanjutnya manusia yang menurut Rasulullah menjadi salah seorang yang dijamin masuk surga, terus saja mengharumkan sejarah sampai detik sekarang. Ia mencintai Nabinya melebihi dirinya sendiri. Tidakkah itu mempesona?