Pergeseran
zaman dan perputaran sejarah tentu membawa riak-riak yang mempengaruhi struktur
dan gaya hidup masyarakat. Rasa kecewa
kadang terbersit, jika mencoba untuk benar-benar membuka mata, jujur melihat
kondisi dunia yang semakin lama semakin ricuh. Kilau dan gemerlapnya kemewahan
tak lagi bisa menutupi bagaimana ketenangan seakan telah hilang dari kehidupan.
Kita
para pemuda, tulang punggung bagi agama dan dunia. Sudah sangat tidak relevan
jikalau sampai hari ini kita masih ber-apatis ria, berkecubung di dalam
kesenangan-kesenangan semu, dalam euforia remaja yang melenakan
Pun,
kita tak perlu menyalahkan keadaan. Tak perlu pula meratapi semua hal yang
telah terjadi.
Umat
ini karam, saya kira bukan karena terlalu kuatnya pasukan kafir yang menyerang.
Bukan karena terperdaya berbagai propaganda yang gencar di desuskan oleh
musuh-musuh islam. Bukan karena kita tak tahu bagaimana cara menyikapi
keadaan. Bukan..
Lebih
karena persatuan umat sendiri telah terpecah menjadi banyak sekali serpihan. Saling menyalahkan. Merasa golongannya paling benar.
Padahal telah jelas, al-Quran dan hadits menjadi pedoman yang mempersatukan.
Sedikit
mengenang, pernah ada masa manakala peradaban islam berada pada titik puncak
keemasan. Dunia terasa sempurna dengan kemakmuran dan kenyamanan di segala
bidang: politik, ekonomi, sosial, teknologi, dll. Hal ini terwujud karena
adanya kesinambungan yang luar biasa antara iman dan al-Qur’an yang dipraktekkan
secara baik dalam semua lini. Mereka menjadikan aqidah sebagai patokan utama yang
mengarahkan kehidupan mereka, dan syariat islam sebagai rujukan dalam mengambil
setiap kebijakan. Semuanya bersatu padu, bekerja dalam tingkat ukhuwah yang mencengangkan.
Pantaslah.
Tetapi memang,
medan di jaman sekarang berbeda dengan umat dahulu. Permasalahan yang di hadapi
pun lebih kompleks. Tetapi, selama Allah bersama kita..takkan ada yang tak
mungkin!
Ya.. harapan
itu masih dan akan selalu ada. insyaALLAH.
Belajar dari para pendahulu,, untuk membentuk
suatu gerakan perubahan yang signifikan, kita memerlukan sebuah basis yang
kokoh. Kita memerlukan sebuah wadah yang menjadi pusat pergerakan
spiritualitas, intelektualitas, dan pemberdayaan umat, . Dan itulah secuil dari
fungsi halaqoh.
Halaqoh.. sebagai sarana pembinaan ruhiyah dan
fikriyah. Tempat para perindu surga berpadu dalam untaian iman. Tempat untuk
menyatukan langkah. Tempat berkumpul, berdiskusi, dan bermusyawarah untuk
merespons persoalan-persoalan yang muncul. Tempat yang melahirkan pemikiran-pemikiran
baru yang solutif. Tempat pembibitan dan pengkaderan pemuda-pemuda berkualitas
yang peduli terhadap perubahan dunia dan Islam. Sebagai pula tempat
pemberdayaan, sehingga siapapun yang ingin ikut serta dalam hentakan perubahan
ini dapat ditempatkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan. (dan
lain-laiiinn..) :P
Inilah, jalan cinta yang harus kita tempuh
(karena kita yang butuh).. Jalan inilah, yang akan dapat mengurai mimpi menjadi
asa pasti,,menjadikan kebahagiaan bukan hanya angan.. Lewat halaqoh-halaqoh
kecil inilah, akan bermunculan
harapan-harapan baru yang insyaAllah dapat merubah dunia menjadi lebih lebih
dan lebih baik lagi..
Janganlah kita hanya menjadi buih-buih yang hanya
muncul sekejap lalu hilang tak bersisa.. bismillah.. kini, adalah waktu memikirkan tentang
kebangkitan hakiki, kebangkitan yang diawali dengan sekuel rancangan peradaban
dan diakhiri dengan kemenangan. Aamiin :DD
*********************
Dari buku:
"DAKWAH adalah aktivitas
yang paling mulia yang dilakukan oleh seorang manusia. Dakwah adalah sandaran
terbesar bagi berbagai kebaikan serta bagi diperolehnya berbagai derajat dan
kedudukan yang mulia. Semua ini tidak pantas diperuntukkan bagi orang-orang yang
ingin mendapatkannya dengan usaha yang mudah, pengorbanan yang sedikit, dan
aman (tanpa mengalami hambatan dan gangguan). Sebab, aktivis dakwah tidak serta-merta
identik dengan pengisi acara di majlis-majlis, hingga ketika ada senjata
digerak-gerakkan dihadapannya atau ketika ia mendengar adanya ancaman, ia
mundur dan menarik diri kebelakang. Ia menyangka dakwah ini seperti sebuah permainan sekedar
untuk mengisi waktu luang, dan wahana untuk menunjukkan keahlian/kepiawaian.”
(Pengemban Dakwah.. karya Syaikh Mahmud Abd. Latif Uwaidhah)
2 komentar:
tulisannya acak-acakan......ndak biasa nulis esay T__T entahlah
Kita menghendaki kebangkitan yang tidak terbatas pada ibadah dan perbuatan mandub saja. Akan tetapi, kita menghendaki kebangkitan atas hukum-hukum Islam keseluruhan baik dalam pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, hubungan luar negeri, tsaqafah dan pendidikan, politik dalam negeri dan luar negeri dan dalam seluruh urusan umat, baik secara individu, kelompok maupun negara.
Posting Komentar