Menjadi super hero tanpa cela
betapa sangat sulitnya.
Siapa yang
akan sanggup menempati posisi seperti ini, siapa yang akan merelakan dirinya
berada dalam sebuah suasana pencitraan, untuk memenuhi harapan dahaga
masyarakat akan sosok-sosok keteladanan?
Menjadi
pejuang tanpa kelemahan dan kekurangan, betapa beratnya.
Menjadi
pahlawan tanpa sedikitpun tercemar oleh cela yang dilakukan oleh dirinya,
isteri, anak-anak dan keluarga besarnya, siapa sanggup menempuhnya?
pejuang,,,seakan
dia adalah manusia tanpa cela, serba sempurna dan serba tidak ada
kekurangannya...
Di titik ini,
setiap pejuang telah dipajang dalam bingkai harapan yang sangat ideal.
Tak boleh berdebu, "mereka" selalu bersihkan
setiap hari dengan puji-pujian dan selaksa doa.
harapan
melambung terlalu tinggi untuk para pejuang...
"Para
pejuang ini yang akan menjadi penyelamat bangsa, akan menjadi harapan perubahan
bagi bangsa ini!"
sungguh,
sebuah obsesi yang lahir dari dahaga berkepanjangan akan munculnya sosok
keteladanan dari para pahlawan. Sangat lama masyarakat menunggu para pahlawan
yang akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan membebaskan masyarakat dari
kebodohan, kemiskinan, kelaparan, ketertinggalan dan keterbelakangan.
#Inilah episode kepedihan setiap pahlawan dan pejuang.
Sekali lagi
saya tegaskan,,,Saya bukan seorang pahlawan.
Saya hanyalah
seorang anak bangsa yang memiliki teramat sangat banyak kekurangan, kelemahan,
keterbatasan dan hal-hal tidak ideal. Dari sudut pandang apapun. Namun saya
sangat meyakini bahwa kebaikan besar bermula dari kebaikan-kebaikan kecil. Saya
sangat meyakini hal-hal luar biasa bisa bermula dari konsistensi melakukan
hal-hal yang biasa.
Silakan tidur
dan berhenti dari kebaikan, maka para setan akan pesta
pora merayakan kemenangan.
Silakan
menyesal menempuh jalan panjang bernama kebajikan, tempuh jalan lain yang lebih
menyenangkan pencitraan.
tetapi, hanya
itukah tujuan kita? Mendapat pujian, mendapat pengakuan, mendapat ucapan
selamat dan penghargaan atas kesantunan, kesalehan, kebaikan, kejujuran, dan
kebersihan yang ditampilkan? Tidak siap mendengar kritik tajam, caci maki,
cemoohan masyarakat dan media massa? Tidak kuat mendengar ledekan, tertawaan,
gunjingan, dan kekesalan orang?
Menyublimkan
kepedihan menjadi amal kebaikan berkelanjutan yang kita lakukan dalam setiap
tarikan nafas. Jangan menguapkannya, karena jika diuapkan kesedihan hanya akan
hilang namun tidak menghasilkan karya.
Ya, anda harus menyublimkan kepedihan ini menjadi sesuatu yang
sangat berarti.
Menjadi sesuatu yang menyemangati diri.
Menjadi sesuatu yang menasihati.
Menjadi sesuatu yang bernilai abadi.
Menjadi sesuatu yang bernama kontribusi.
Mari bekerja
di ladang-ladang amal kita yang sangat luas tanpa batas. Silakan mencela bagi
yang hobi mencela. Silakan melaknat bagi yang gemar melakukannya. Silakan
berhenti dan menepi bagi yang sudah tidak memiliki kepercayaan lagi. Sekecil
apapun langkah kebaikan kita lakukan, pasti tetap menjadi kontribusi yang
berarti bagi negeri. Keyakinan ini tak bisa ditawar lagi. Tuhan telah
mengumandangkan, hal jaza-ul ihsan illal ihsan.
Kita serahkan
semuanya kepada Tuhan Yang Maha Mengerti.
_copas, dengan
banyak sekali editan :) afwan. semoga bermanfaat ^^
0 komentar:
Posting Komentar