“Orang-orang yang berkumpul karena cinta saja masih bisa menimbulkan kekecewaan, bagaimana dengan orang-orang yang berkumpul karena kecewa ?"
Dakwah ini, dibangun dengan ikatan cinta.. Gerbong dakwah melaju dengan berbagai proses dan dinamika, menuju harapan dan cita-cita bersama. Dalam perjalanan inilah muncul perbedaan pandangan, muncul gesekan pemikiran satu dengan yang lain. Di antara orang-orang yang saling mencinta, akhirnya muncul perasaan kecewa. Muncul tuduhan, muncul praduga, muncul prasangka... :(
Nabi Muhammad saw,, adalah manusia pilihan, tanpa cacat dan cela sebagai seorang teladan.. Dan para sahabat adalah generasi pilihan, yang menjadi generasi terbaik sepanjang sejarah Islam.
Tetapi, lihatlah.. para sahabat itu pun sempat memiliki simpanan kekecewaan setelah Perjanjian Hudaibiyah dirancang oleh Nabi saw dan Suhail. Lihat ekspresi kekecewaan mereka!
Tiga kali Nabi saw memerintahkan, tak seorangpun dari para sahabat yang melaksanakan.
Tetapi, lihatlah.. para sahabat itu pun sempat memiliki simpanan kekecewaan setelah Perjanjian Hudaibiyah dirancang oleh Nabi saw dan Suhail. Lihat ekspresi kekecewaan mereka!
Tiga kali Nabi saw memerintahkan, tak seorangpun dari para sahabat yang melaksanakan.
Hebatnya,, dalam kisah “pembangkangan” para sahabat (usai Perjanjian Hudaibiyah dan kekecewaan usai Perang Hunain), semuanya berakhir dengan sangat indah dan cepat. Rassulullah sebagai qiyadah menyelesaikan suasana dengan sangat tepat, sehingga kekecewaan tidak membesar dan menjalar.
Ini karena Nabi Muhammad sebagai manusia pilihan yang kepribadiannya dikuatkan dengan wahyu, sehingga beliau tidak akan pernah salah langkah. Tindakan beliau selalu tepat.
Ini karena Nabi Muhammad sebagai manusia pilihan yang kepribadiannya dikuatkan dengan wahyu, sehingga beliau tidak akan pernah salah langkah. Tindakan beliau selalu tepat.
Jika Rasulullah yang tanpa cela saja masih mendapatkan lontaran kekecewaan, bagaimana dengan kita yang sama sekali bukan Nabi, bukan pula sahabat Nabi, bukan muridnya para sahabat, bukan pula murid para tabi’in…. Jika sahabat Nabi saya masih bisa menyimpan kekecewaan, bagaimana dengan kita yang tidak memiliki kualitas sebagai sahabat Nabi….
Kita, hidup di zaman serba modern. Semua kejadian, semua peristiwa, semua kondisi dengan sangat cepat tersebar. Sangat cepat, tanpa batas, tanpa jeda waktu.. Semua, apa saja terberitakan. Sayang, banyak yang tidak bisa membedakan mana data dan mana analisa. Semua berita yang muncul di internet dan dunia maya dianggap kebenaran.
******************
******************
Kawan, di tengah kita tidak ada Rasulullah. Ketika berbagai berita berseliweran tentang qiyadah, tentang dakwah, tentang jama’ah, dan tentang “segala sesuatu” yang cenderung menjadi 'gosip', bukankah harusnya kita mencontoh sikap perilaku Rasulullah dan para sahabat beliau??
__Tentu saja tidak akan bisa sama sepenuhnya,, namun usahakan sepenuh hati agar jangan sampai lepas dari contoh keteladanan mulia mereka...
__Tentu saja tidak akan bisa sama sepenuhnya,, namun usahakan sepenuh hati agar jangan sampai lepas dari contoh keteladanan mulia mereka...
Kita hanya perlu khusnudzan dan duduk bersama. Mendengarkan bagian-bagian cerita, merangkai berbagai peristiwa, mencoba membuat sederhana hal-hal yang seakan-akan dibuat dan tampak sedemikian rumitnya. Tak usah terlalu di dramatisir. Setelah permasalahan selesai, mari kembali berkumpul seperti tak ada kejadian sebelumnya. Tidak ada dendam, tidak ada permusuhan yang terwariskan. Tidak ada sakit hati yang tersimpan.
Sudahlah kawan,, tidak perlu membuat perkumpulan karena kekecewaan. Tidak perlu membuat organisasi karena sakit hati. Tidak perlu konsolidasi untuk menyatukan pihak-pihak yang merasa kecewa atau merasa terzalimi.
*Karena perkumpulan seperti apa yang akan terbentuk, dari jiwa-jiwa kecewa? Jamaah seperti apa yang akan muncul, dari hati-hati yang menyimpan benci? Toh kelak ketika terbentuk perkumpulan, pasti ada yang kecewa lagi.
*Karena perkumpulan seperti apa yang akan terbentuk, dari jiwa-jiwa kecewa? Jamaah seperti apa yang akan muncul, dari hati-hati yang menyimpan benci? Toh kelak ketika terbentuk perkumpulan, pasti ada yang kecewa lagi.
Mari duduk saja bersama-sama. Membingkai hati, mengeja keinginan jiwa. Berbicara dengan bahasa ruhani, bukankah kita semua ini para jundi Allah yang saling mencinta? Bukankah kita semua telah berikrar untuk selalu berada di jalanNya? Termasuk ketika menyelesaikan permasalahan?
Bukankah kita semua sangat mencintai jalan dakwah ini? Lalu mengapa harus mengambil langkah sendiri hanya karena tidak bisa memahami keputusan jamaah?
Bukankah kita semua sangat mencintai jalan dakwah ini? Lalu mengapa harus mengambil langkah sendiri hanya karena tidak bisa memahami keputusan jamaah?
Wallahu a’lam. Saya hanya sulit mengerti, mengapa ada perkumpulan yang didirikan karena kekecewaan dan sakit hati. Padahal, aktivitas yang dirintis dengan sepenuh cinta saja, masih bisa menumbuhkan rasa kecewa.
0 komentar:
Posting Komentar