JEJAK LANGIT

Rabbanaa,, maa khalaqta haadzaa baatila...

my page

footsteps


and once again...

Menyublimkan kepedihan


Menjadi super hero tanpa cela betapa sangat sulitnya. 
Siapa yang akan sanggup menempati posisi seperti ini, siapa yang akan merelakan dirinya berada dalam sebuah suasana pencitraan, untuk memenuhi harapan dahaga masyarakat akan sosok-sosok keteladanan? 
Menjadi pejuang tanpa kelemahan dan kekurangan, betapa beratnya. 
Menjadi pahlawan tanpa sedikitpun tercemar oleh cela yang dilakukan oleh dirinya, isteri, anak-anak dan keluarga besarnya, siapa sanggup menempuhnya? 

pejuang,,,seakan dia adalah manusia tanpa cela, serba sempurna dan serba tidak ada kekurangannya...

Di titik ini, setiap pejuang telah dipajang dalam bingkai harapan yang sangat ideal.
         Tak boleh berdebu, "mereka" selalu bersihkan setiap hari dengan puji-pujian dan selaksa doa. 

harapan melambung terlalu tinggi untuk para pejuang...
"Para pejuang ini yang akan menjadi penyelamat bangsa, akan menjadi harapan perubahan bagi bangsa ini!"

sungguh, sebuah obsesi yang lahir dari dahaga berkepanjangan akan munculnya sosok keteladanan dari para pahlawan. Sangat lama masyarakat menunggu para pahlawan yang akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan membebaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, kelaparan, ketertinggalan dan keterbelakangan.

#Inilah episode kepedihan setiap pahlawan dan pejuang.

Sekali lagi saya tegaskan,,,Saya bukan seorang pahlawan. 
Saya hanyalah seorang anak bangsa yang memiliki teramat sangat banyak kekurangan, kelemahan, keterbatasan dan hal-hal tidak ideal. Dari sudut pandang apapun. Namun saya sangat meyakini bahwa kebaikan besar bermula dari kebaikan-kebaikan kecil. Saya sangat meyakini hal-hal luar biasa bisa bermula dari konsistensi melakukan hal-hal yang biasa.

Tidak bolehkah memiliki pilihan sederhana seperti ini? Haruskah kita memilih menjadi pahlawan tanpa cela, atau sekalian memilih menjadi pecundang yang dicela serta dilaknat seluruh media? Sedih sekali hidup kita, jika terbelenggu oleh “apa kata orang kepada kita”. 

Silakan tidur dan berhenti dari kebaikan, maka para setan akan pesta pora merayakan kemenangan
Silakan menyesal menempuh jalan panjang bernama kebajikan, tempuh jalan lain yang lebih menyenangkan pencitraan.

tetapi, hanya itukah tujuan kita? Mendapat pujian, mendapat pengakuan, mendapat ucapan selamat dan penghargaan atas kesantunan, kesalehan, kebaikan, kejujuran, dan kebersihan yang ditampilkan? Tidak siap mendengar kritik tajam, caci maki, cemoohan masyarakat dan media massa? Tidak kuat mendengar ledekan, tertawaan, gunjingan, dan kekesalan orang?

Menyublimkan kepedihan menjadi amal kebaikan berkelanjutan yang kita lakukan dalam setiap tarikan nafas. Jangan menguapkannya, karena jika diuapkan kesedihan hanya akan hilang namun tidak menghasilkan karya.

Ya, anda harus menyublimkan kepedihan ini menjadi sesuatu yang sangat berarti. 
Menjadi sesuatu yang menyemangati diri. 
Menjadi sesuatu yang menasihati. 
Menjadi sesuatu yang bernilai abadi. 
Menjadi sesuatu yang bernama kontribusi.


Mari bekerja di ladang-ladang amal kita yang sangat luas tanpa batas. Silakan mencela bagi yang hobi mencela. Silakan melaknat bagi yang gemar melakukannya. Silakan berhenti dan menepi bagi yang sudah tidak memiliki kepercayaan lagi. Sekecil apapun langkah kebaikan kita lakukan, pasti tetap menjadi kontribusi yang berarti bagi negeri. Keyakinan ini tak bisa ditawar lagi. Tuhan telah mengumandangkan, hal jaza-ul ihsan illal ihsan. 

Apakah kita tetap juga tidak memahami?

Kita serahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Mengerti.


_copas, dengan banyak sekali editan :) afwan. semoga bermanfaat ^^