JEJAK LANGIT

Rabbanaa,, maa khalaqta haadzaa baatila...

my page

Open Your Eyes - MZ


Look around yourselves
Can’t you see this wonder
Spreaded infront of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony

Let’s start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us
Or are we so blind
To push it all aside..
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way(Allah..)
Guide us every single day..(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you’re feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?

Lets start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

When a baby’s born
So helpless and weak
And you’re watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..

We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we’ll see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..

Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..

Alhamdulillah....

Stranger_



Aku berjalan pada gelapnya jiwa

bumi membentak, "Enyah kau, jangan injak aku!"
langit melotot, "Siapa kau, jangan pernah menatapku!!"
pohon mengusir, "pergi, jangan berteduh disini!!"
bulan menampik, "manja, aku bukan temanmu!!"
bintang memaki, "bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!"
hujan mengejek, "cengeng, begitu saja menangis!"
matahari berseru, "sudah, tetaplah di kegelapan!!"

aku pulang kerumah
ada ayah, ibu, dan adikku
mereka bertanya
"berapa lama mau menginap?"
oh. Aku hanya tamu

aku mati saja!

Kuburan marah,
"pesimis gila, ini belum saatnya!!"

ku berlari
ku teriakkan penat pada tiap langkah...
Aku terus berlari..



Hingga kutemukan
hanya satu..
Hanya satu rumah yg mau merimaku
menyambut kehadiranku..

Pintu itu selalu terbuka,
untuk siapapun..

Dalam tangis tawa,
aku bertanya pada sesama pengunjung "kemana tuan rumahnya?"
dia tersenyum
"Dia tdk kemana-mana, tapi ada dimana-mana. Ia dekat, Ia mengenal kita walaupun kita tak mengenal-Nya"

aku bertanya lagi, "apa rumah ini bisa jadi rumahku?"
ia menjawab, "asal hatimu jadi rumahNya....."

ASH SHIDDIQ

Ketika Rasulullah berada di hadapan,
Ku pandangi pesonanya dari kaki hingga ujung kepala
Tahukah kalian apa yang terjelma?
Cinta!

(Abu Bakar Shiddiq r.a)


Gua Tsur.

Wajah Abu Bakar pucat pasi. Langkah kaki para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar samar.semakin dekat, dan semakin dekat… Tak terasa tubuhnya bergetar hebat. Betapa tidak, dari celah gua ia telah mampu melihat para pemburu itu berada di atas kepalanya. Setengah berbisik berkatalah Abu Bakar “Wahai Rasul Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti melihat kita berdua”.
Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna. Ditepuknya punggung sahabat dekatnya ini pelan sambil berujar “Janganlah engkau kira, kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan maha, Allah”.

Sejenak ketenangan menyapa Abu Bakar. Sama sekali ia tidak mengkhawatirkan keselamatannya. Kematian baginya bukan apa-apa, ia hanya lelaki biasa. Sedang, untuk lelaki tampan yang kini dekat di sampingnya, keselamatan di atas mati dan hidupnya. Bagaimana semesta jadinya tanpa penerang. Bagaimana Madinah jika harus kehilangan purnama. Bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu.
Sungguh, ia tak gentar dengan tajam mata pedang para pemuda Quraisy, yang akan merobek lambung serta menumpahkan darahnya. Sungguh, ia tidak khawatir runcing anak panah yang akan menghunjam setiap jengkal tubuhnya.
Ia hanya takut, Muhammad,, ya Muhammad.. mereka membunuh Muhammad.


*********************

Berdua mereka berhadapan, dan mereka sepakat untuk bergantian berjaga.
Dan keakraban mempesona itu bukan sebuah kepalsuan…
Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap guratan di wajah indah itu ia perhatikan seksama…Aduhai, betapa ia mencintai putra Abdullah. Lelah yang mendera setelah berperjalanan jauh, seketika seperti ditelan kegelapan gua. Wajah di depannya yang saat itu berada nyata, meleburkan penat yang ia rasa. Hanya ada satu nama yang berdebur dalam dadanya. Cinta.

Sesaat kemudian, Muhammad melabuhkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar. Abu Bakar terkesiap. Tiba-tiba ia berenang dalam samudera kegembiraan yang sempurna. Tak ada yang dapat memesonakannya selama hidup kecuali saat kepala Nabi yang suci berbantalkan kedua pahanya..
Mata Rasulullah terpejam.
Dengan hati-hati, seperti seorang ibu, telapak tangan Abu Bakar, mengusap peluh di kening Rasulullah…
Masih dalam senyap, Abu Bakar terus terpesona dengan sosok cinta yang tengah beristirahat diam di pangkuannya. Sebuah asa mengalun dalam hatinya “Allah, betapa ingin hamba menikmati ini selamanya”.

Nafas harum itu terhembus satu-satu, menyapa wajah Abu Bakar yang sangat dekat. Abu Bakar tersenyum, sepenuh kalbu ia menatapnya lagi. Tak jenuh, tak bosan.
Namun, seketika wajahnya muram. Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Purnama Madinah seperti memburu hewan buruan. Bagaimana mungkin mereka begitu keji mengganggu cucu Abdul Muthalib, yang begitu santun dan amanah.
Mendung di wajah Abu bakar belum juga surut, membuat sekumtum azzam memekar di kedalaman hatinya, begitu semerbak. “Selama hayat berada dalam raga, aku Abu Bakar, akan selalu berada di sampingmu, untuk membelamu dan tak akan membiarkan sesiapapun menganggumu, wahai kekasih…”.

Sunyi tetap terasa. Gua itu begitu dingin dan remang-remang. Abu Bakar menyandarkan punggung di dinding gua. Rasulullah, masih saja mengalun dalam istirahatnya. .
Dan tiba-tiba saja, seekor ular mendesis-desis perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang terlentang. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur nyaman Rasulullah. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih itu.

Abu Bakar meringis, ketika ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun. Dan ular itu pergi setelah beberapa lama.
Dalam hening, sekujur tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar cepat. “Tidak, aku tidak akan membuat Rasulullah terbangun hanya karena aku.. tidak..” Abu Bakar menggigit bibirnya. Menahan segala sakit yang  meranjam. Ia menangis diam-diam. Rasa sakit itu benar-benar tak dapat ditahan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah yang tengah berbaring. ..
Kekhwatirannya terbukti, Rasulullah terjaga dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.

“Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini” suara Rasulullah memenuhi udara Gua.

“Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemana pun” potong Abu Bakar masih dalam kesakitan.

“Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?”

“Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai putra Abdullah, dan bisanya menjalar begitu cepat”

Rasulullah menatap Abu Bakar penuh keheranan, tak seberapa lama bibir manisnya bergerak “Mengapa engkau tidak menghindarinya?”

“Saya khawatir membangunkan engkau dari lelap” jawab Abu Bakar terbata. Ia sungguh sangat menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga mengenai pipi Rasulullah dan membuatnya terjaga.


Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja. Selanjutnya mata Al-Musthafa berkabut dan bening air mata tergenang di pelupuknya..
Betapa indah sebuah ukhuwah.

Beliau tersenyum sendu “Sungguh bahagia, aku memiliki seorang seperti mu wahai putra Abu Quhafah. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan”.
Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Al-Musthafa meraih pergelangan kaki yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah pencipta semesta, Nabi mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah, seketika rasa sakit itu tak lagi ada. Abu Bakar segera menarik kakinya karena malu. Nabi masih memandangnya sayang.

“Bagaimana mungkin, mereka para kafir tega menyakiti manusia indah seperti mu. Bagaimana mungkin?” nyaring hati Abu Bakar kemudian.

Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah menawarkan pangkuannya. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.



*********************


Kita pasti tahu siapa Abu Bakar. Ia adalah lelaki pertama yang memeluk Islam dan juga salah satu sahabat terdekat Rasulullah. Dari lembar sejarah, kita kenang cinta Abu Bakar kepada Al-Musthafa menyemesta. Kisah tadi terjadi pada saat ia menemani Rasulullah berhijrah menuju Madinah dan harus menginap di Gua Tsur selama tiga malam. Menemani Nabi untuk berhijrah adalah perjalanan penuh rintang. Ia sungguh tahu akibat yang akan digenggamnya jika misi ini gagal. Namun karena cinta yang berkelindan di kedalaman hatinya begitu besar, Abu Bakar dengan sepenuh jiwa, raga dan harta, menemani sang Nabi pergi.

Dia terkenal karena teguh pendirian, berhati lembut, mempunyai iman yang kokoh dan bijaksana. Kekokohan imannya terlihat ketika Madinah kelabu karena satu kabar, Nabi yang Ummi telah kembali kepada Yang Maha Tinggi. Banyak manusia terlunta dan larut dalam lara yang sempurna. Bahkan Umar murka dan tidak mempercayai kenyataan yang ada. Saat itu Abu Bakar tampil mengingatkan seluruh sahabat dan menggaungkan satu khutbah yang mahsyur “Ketahuilah, siapa yang menyembah Muhammad, maka ia telah meninggal dunia. Dan sesiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tidak mati”.

Kepergian sang tercinta, tidak menyurutkan keimanan dalam dadanya. Ketiadaan Rasulullah, jua tak memadamkan gebyar semangat untuk terus menegakkan pilar-pilar Islam yang telah dipancangkan. Pada saat menjabat khalifah pertama, ia dengan gigih memerangi mereka yang enggan berzakat. Tidak sampai di situ munculnya beberapa orang yang mengaku sebagi nabi, sang khalifah juga berlaku sama yaitu mengirimkan pasukan untuk mengajak mereka kembali kepada kebenaran. Sesungguhnya pribadi Abu Bakar adalah lemah lembut, namun ketika kemungkaran berada dihadapannya, ia berlaku sangat tegas dalam memberantasnya.

Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, pada saat perang atas bangsa Romawi di Yarmuk berkecamuk dengan kemenangan di tangan Muslim. Sebelum wafat, ia menetapkan Umar sebagai penggantinya. Jenazahnya dikebumikan di sebelah manusia yang paling dicintainya, yaitu makam Rasulullah. Hidup Abu Bakar berhenti sampai di sana, namun selanjutnya manusia yang menurut Rasulullah menjadi salah seorang yang dijamin masuk surga, terus saja mengharumkan sejarah sampai detik sekarang. Ia mencintai Nabinya melebihi dirinya sendiri. Tidakkah itu mempesona?



Selamat Pagi!! ^^


Apa kabar pagi??
Apakah kau masih sama seperti sebelumnya, koyak dengan segala ketidakberdayaanmu…
Apakah kau masih harus mengorbankan detikmu untuk bangkit dan kembali berdiri…..
Atau, mungkin sekarang kau masih termangu, menatap malam yang berlalu begitu saja, setelah menginjak-injakmu dengan semua kesombongannya…..

Pagi…..
Mampukah kau untuk tersenyum lagi, menghadirkan mentari, yang hangat menyinari bumi….
Mampukah kau kembali menundukkan  dirimu, bersama embun, yang begitu sejuk menyapa sepi…
Mampukah kau tetap memberi, menghembuskan angin, yang menumbuhkan cinta pada tiap tiap jiwa…….
Mampukah??
************************

Pagi….
Kau selalu hadir,,, menghibur mengobati luka-luka ini dengan indahmu......
Perjalanan ini belum berakhir,,, dengan datangnya kau pada hariku……

************************

Maha Suci Engkau, duhai Pencipta pagi……
Kau beri kesempatan lagi…….. ketika diri ini tak menemukan tempat untuk berlari…..
Kau beri harapan lagi…… ketika mimpi menjadi usang tak berarti…..
Kau hamparkan lagi kasihMu……. Ketika dada ini terasa penuh sesak oleh penat…….
Kau berikan lagi cinta……. Ketika keasingan telah menyatu dengan diri…..

Subhanallah walhamdulillah walaaillahailallahu Allahu akbar……….. 

Auziqni…. Rabbi…..



Cahaya....

Cahaya….
ia masih berdiri dengan anggun di antara tiang-tiang langit
Begitu kuat,,menaklukkan kegaharan matahari
Menari bersama awan yang semakin meninggi…
lembut menembus selubung fana manusia

Cahaya…
Ia Indah dengan serat-serat sinar yang menggetarkan…
Memberikan kesyahduan pada relung malam…
Hadir meng-atas-i kelam dunia
Mengetuk detak-detak kerinduan pada Maha Cahaya…
Mengalirkan desah cinta dalam tiap lantunan doa
Menyatu bersama sujud-sujud penuh keikhlasan



_Namun, di mataku ia begitu silau.. terlalu terang hingga aku tak bisa melihatnya…..
Dan malah membuatku semakin terkungkung dengan kegelapan..



***************************


Hai cahaya….
Masihkah kau disana?? Sabar menunggu dalam buaian keabadian…
Bersimpuh setia di ujung sajadahmu… 

Hai cahaya….
Aku membutukan pendar-pendar indahmu, dii sisiku selalu….
Karenamu lah aku mampu bangkit kembali.. mengemasi rontokan luka yang tak kunjung mengering….
Walau sakit akan membunuhku… aku ingiin terus berari…
Mengejarmu yang semakin jauuuh melesat meninggalkanku…

Hai cahaya…
Akankah kita bertemu kembali??
Mengobati memori yang hampir membusuk ditelan waktu…


_aku sungguh sangat mencintaimu karena Allah, saudaraku…
Terimakasih,



Bangkitlah!!!!!!



Kulihat…. Diri itu kembali menyendiri di sudut sana…
Tertunduk dengan mata terpejam.. sesak.. menahan segala luka … memikirkan nasib yang menghadangnya… tak tahu kemana lagi ia harus melangkah….
Sungguh,, Ini semua terlalu berat…

Sesekali… ia menghela nafas panjang….
Salahkah? Jika ia juga ingin bahagia seperti orang lain.. yang tertawa dan senantiasa tersenyum… 
salahkah? Jika ia iri melihat orang lain selalu bahagia dengan hidup mereka…tampak ringan, lepas…..begitu menyenangkan….
Salahkah?? Jika ia sangat lelah.. pernat dengan semua masalah yang mengungkungnya… yang tak pernah membiarkannya beristirahat sedikitpun.. .. tak pernah berhenti menerornya dengan berbagai keabstrakan yang tak dapat di definisikan….
Salahkah?? Jika ingin berhenti….

Jiwa itu memberontak… ia mulai menyalahkan keadaan…. BENCI… dengan semuanya….

(setan pun datang… dengan gembira ia menghasut… senang sekali ia melihat manusia itu bersedih dengan ‘kegagalan’ hidupnya… senang sekali ia melihat manusia itu larut dalam duka dan menyalahkan takdir…)

Jahat …. 
Bisikan itu benar-benar telah menambah legam hati yang telah kelam….
Putus asa... gamang… sungguh… ia merasa lelah… sangat lelah…


************************

Wahai diri….
Tenangkan dirimu….
Mari berdiri,,,
Dan ambilah wudhu…. resapi kesejukan itu dalam-dalam….
Rasakan setiap bulir air yang membasahi pori-pori kulitmu,….

Hmmm…. Subhanallah…

Pernahkah kau berpikir…..
Tentang segala kesempurnaan yang telah Allah berikan kepadamu….
Huffffhhh, 
Lihat tubuhmu, begitu sempurna dengan kedua mata yang masih bisa melihat warna-warni dunia, dengan hidung yang normal mencium berbagai macam bau, dengan telinga yang masih bisa mendengar nada-nada menakjubkan, dengan mulut yang tetap dapat mengungkap hal yang kau inginkan, berkata, menguntai kata indah….
(sementara di luar sana, banyak orang yang terlahir dengan kekurangan, mau mengorbankan apa saja untuk dapat menjadi sesempurna dirimu saat ini, menjadi manusia normal seperti yang lainnya.. )
Lihatlah sekitarmu, begitu sempurna dengan udara yang setia menyatu dalam tiap-tiap desah nafas yang kau hembuskan, dengan mentari yang selalu berusaha menyuntikkan semangat lewat sinar-sinarnya yang lembut, dengan angin yang membelaimu dengan penuh kasih….
Lihatlah…lihatlah orangtuamu, yang pasti rela memberikan hidupnya demi kebahagiaanmu,,,
Lihatlah orang-oarang yang mencintaimu, teman-teman yang mengisi hari-harimu,..
Lihatlah waktu yang menuntunmu menuju gerbang kemenangan….



“Nikmat Tuhan mu manakah yang kau dustakan???”



Wahai jiwa… 
Dengan menyalahkan keadaan…. kau tidak akan pernah mendapatkan apa-apa… hatimu hanya akan dirundung pilu sepanjang masa.. 
Jika kau terus mencari pembenaran terhadap semua gugatanmu atas takdir, bagaimana kau bisa menjadi lebih baik??
Kau masih punya masa depan... kau masih punya waktu... kau masih penya kesempatan untuk merubah segalanya… ya… segalanya….

Tenanglah……
Lupakah engkau dengan qadha dan qadar Tuhan??
Allah telah berjanji bahwa setiap kesusahan itu diikuti dengan kemudahan..setiap ujian dan kegagalan hidup itu selalu ada jalan keluarnya…bagi oarng-orang yang bertaqwa..
Allah tak pernah memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambanya…
Allah lebih mengerti dirimu…lebih dari dirimu sendiri……

Ingatlah wahai jiwa….
Hidup ini bukanlah amanah milikmu saja… ada perkaitan dengan Tuhan, manusia , dan makhluk Allah yang lain….
Sungguh, bukan kegagalan dalam hidup jika kau terjatuh..tersandung beberapa kali…
Karena sebenarnya itulah tanda cinta Allah padamu..
Allah ingin melihat…sejauh mana engkau bisa bertahan atas segala beban yang menimpamu….




Wahai jiwa… percayalah…
Kau tak pernah sendirian.
Teguhkan selalu iman dalam hatimu... jangan pernah putus asa.. karena masih ada Allah… Tuhan yang selalu mendengar doamu.. menjawab setiap pertanyaan yang muncul dalam hatimu…

BANGKITLAH !!! mulailah kembali melangkah... lakukan semuanya hanya untukNya…







(Walau kau kehilangan semuanya dalam hidup…tetaplah percaya bahwa Allah maha adil dan kuasa atas segala sesuatu)



bulir galau


Bulir-bulir waktu berdebam pada tanah
Mengukir galau, meyerahkannya pada luka
Armada ini tak lagi indah
_Telah rengkah oleh berjuta keangkuhan


Namun, bintang….
Kuak pendarmu masih terpasung disana
Dingin kaku .
Hingga tulang pun terkarat dalam dada          _sampai kapan?
Hufth.. Sudahlah….
Berikan saja ku usang…
Agar sepi tak lagi sendiri bernyanyi
Hujamkan saja!!
Agar tunduk, mati diantara pilar-pilar keagungan
Tersergak…menyeruak
Bersana ikatan azzam yang tersisa


                                                                                                               _0755_04042010_
                                                                                                                         dkezrzx